rss

Kamis, 14 April 2011

Muhammadiyah Dahulu, Kini dan akan datang (dalam lingkup seni “ kesenian” budaya lokal?)


Perserikatan muhammadiyah yang di dirikan oleh muhammad darwis (KH Ahmad Dahlan) seorang pemuda dari kampung kauman yang letak geografisnya hanaya beberapa meter dari kesultanan yogyakarta hadiningrat yang merupakan tempat peradaban budaya jawa. Yang tentunya muhammadiyah sebagai organisasi kemasyarakatan dalam gerak langkahnya tidak akan luput dari tradisi dan budaya yang sudah terbentuk sebelumnya. Walaupun pada ahirnya akan ada benturan benturan budaya yang tidak sesusai dengan apa yang di citatakan oleh sang pendiri.
Sebagaimana cita cita KH Ahmad Dahlan sebagai pendiri mencita citakan perserikantan ini bisa memurnikan kembali ajaran islam seperti sediakala dan menjauhkan dari hal hal yang berbau syirik dan klenik. Dan budaya yang berkembang di tanah jawa hampir secara keseluruhan akan berhubungan dengan hal hal klenik, namun hal hal itu bisa di kikis dengan pendekatan kultural, sebagaimana yang pernah di lakukan oleh para wali di tanah jawa pada jamannya. Dan kyai Dahlan adalah sosok yang bersaja, tegas dalam hal tauhid ini saya kira juga akan melakukan dahwah ke akar rumput dengan pendekatan secara kultural namun tetap menjauhkan diri dari hal hal klenik. Dalam beberapa leteratur yang saya dapat melalui beberapa media Kyai Dahlan adalah sosok yang juga gemar berkesenian salah satunya yang pernah saya dapat bahwa beliau juga belajr dan bermain biola dalam pendekatan dan menunjukan bahwa muhamadiyah dan islam tidak alergi dengan seni.
Dalam kasus pendekatan kultural ini pun juga di lakukan oleh Kyai AR fahruddin. Ketika beliau di utus ke salah satu daerah di tanah air, yang mana daerah tersebut ada kebiasan/ budaya yasinan pada malam jum’at padahal budaya ini tidak di kenal dalam perserikatan muhammdiyah. Namun, apakah Kyai AR tidak menghadiri undangan tersebut? Beliau tetap menghadiri acara tersebut dan ketika di daulat untuk memimpin yasinan tersebut beliau bertanya pada jamaah, apakah jamaah sudah biasa melaksanakan yasinan? dan bagaimana cara melaksankannya? Jamaah sudah biasa melaksanakan yasinan dan yasinan di lakukan seperti yasinan pada umumnya yang tentunya sudah pada hapal. Lalu beliau menawarkan yasinan yang luar biasa yaitu dengan menafsirkan ayat ayat yang ada di surah yasin dan begitulah seterusnya. Begitu pula ketika beliau di tanya beberapa mahasiswa yang tentang bagaimana berdakwah pada anak anak, dimana para mahasiswa merasa kalah dengan seorang misionaris dalam berdakwah kepada anak-anak, dan kyai AR menngajurkan para mahasiswa melalukan apa yang seperti misionaris lakukan pada anak anak pada hari yang tidak di lalukan si misionaris, seperti bernyanyi bersama bercerita dongeng memainkan dolanan anak, berabagi buku cerita bergambar dan hal-hal yang di senangi anak. Yang pada ahirnya aktifitas si misionaris berlahan berahir. Ini merupakan pendekan kultural yang dahsyat dan cara melawan masuksnya budaya dengan kebudayan pula.
Perserikatan muhammadiyah sesungguhnya banyak memeiliki tokok budaya yang hebat sebut saja muhammad diponegoro seoarang taaterawan, kuntowijoyo budayawan dan juga sastrawan begitu juga emha seorang yang bergelut di teater dan sebibudaya berbasis lokal dengan kyai kanjengnya, taufik ismail seorang penyair san sastrawan besar yang lahir dari rahim muhammadiyah, khoirul umam seorang sutradara yang handal di bidangnya. Dari beberapa kader muhammadiyah yang bergelut di bidang seni ini apa yang telah di lakukan perserikatan pada dunia kesenian utamanya seni panggung dan seni tradisi? Kalo dilihat dan kita saksikan pada perhelatan mukatamar seabad muhammadiyah di pusat kota budaya beberapa yang lalu. Sesungguhnya perserikatan muhammadiyah sesungguhnya mencoba untuk memberitahukan pada halayak bahwa muhammdiyah peduli pada dunia seni dan dan tidak alergi pada kesenian. Kita dapat kita lihat pada perhelatan pembukaan banyak kesenisn yang di tampilkan dan di sela-sela acara muktamar nanyak acara kesenian di gelar di beberapa tempat di kampus UMY ada panggung kesenian di kampus UAD di gelar acara sastra bahkan di alun alun alun utara kesultanan yogya di gelar acara kesenian yang di isi oleh dalang wayang suket KI Slamet Gundono dan pementasan Kyi kanjeng dan masih banyak lagi seniman dan kelompoknya yang tampil bahkan ketua umum PP Muhammadiyah Din Syamsudin pun tidak ketinggalan untuk ikut bermain ketoprak bersama seniman seniman ketoprak yogya yang di pentaskan di TBY. Namun apakah ini salah satu realita yang sesungguhnya di luar acara muktamar ini? Kalo yang saya rasakan TIDAK sama sekali, bahkan muhammadiyah masih jauh dari hal ini, perserikatan masih berkutat pada seni drum band dan seni beladiri tapak suci. walaupun tidak di pungkiri beberapa gelintir kader dan tokoh di muhammdiyah bergelut di bidang seni panggung dan seni tradisi bahkan modern seperti band dan orkestra katakanlah. Katakanlah Herry Zudiyanto yang kebetulan menjadi wali kota yogya sangan konsen dalam dunia ketoprak pun pak Amien Rais dengan PIAR ( Pusat Informasi Amien Rais) mulai tahun 2004 mensponsori acara pangkus jenggleng di TVRI yogya dan masih banyak lagi orang orang muhammadiyah di kota kelahirannya ini yang bergelut di bidang seni utamanya seni yang mengakar di masyarakat. Dan kalau kita lihat pada sejarah perkembangan islam di nusantara ini sesungguhnya peradaban islam tidak lepas dari kesenian tradisi. Sebagaimana yang di lakukan oleh para tokoh wali songo, sunan bonang misalnya yang membuat gamelan, sunan kalijaga dengan wayang kulit. Namun tetap di mendekat pada hal hal yang berbau klenik. Dan sesungguhnya dalam dunia islam di tanah jawa ini sudah ada jenis wayang kulit yang berkonsep islam yaitu wayang sadat, namun sayangnya ini tidak tergarap dengan baik bahkan dalangnya pun munkin sulit di cari. Seperti kesenian kuda lumping yang saat ini orang mengenalnya dengan istilah jathilan ( bhs. Jawa) yang munkin banyak unsur magis yang tentu tidak sesuai dengan pedoman dan gerakan muhammadiyah, namun saat ini seni kuda lumping juga banyak yang tidak membawa unsur magis dalam pementasanya, artinya kesenian ini bisa di kemas sedemikian rupa sehingga yang hadir pada penonton hanya seni tari kuda lumping yang tanpa unsur magis. Bahkan bisa jadi seorang pemimpin seni tradisi adalah seorang yang zuhud/sufi, sebut saja kabupaten ponorogo di jawa timur yang memiliki seni reog yang tidak jauh beda dengan kuda lumping. Nah saya teringat guru saya, yang menurut saya beliau adalah tokoh agama di ponorogo dan juga insya allah beliau adalah tokoh muhammadiyah di ponorogo, belia adalah KH Ishaq Thoyib (almarhum) yang isaya allah pak Din syamsyidin pun kenal beliau paling tidak pernah mendengar nama pak Ishaq Thoyib. Beliau pernah cerita sesungguhnya groun reog itu memiliki pemompin yangdi sebut dengan Warok, dan untuk menjadi warok itu tidak hanya harus sakti kata orang namun dia harus cerdas berwawasan luas dan lebih penting dia harus orang yang alim di bidang agama bahkan konon menurust cerita beliau dulu warok itu banyak yang zuhud. Dari sini saya mendapat sebuah gambaran kalo saja sebuah kesenian yang sedikit banyak berhubungan dengan hal hal magis, apalagi seni seni tradisi yang jauh dari hal seperti itu, dan ini bisa di jadikan media dakwah dan tranformasi pengetahuan.
Sebenarnya perserikatan memiliki lembaga yang bergelut di bidang seni budaya, namun sepetinya lembaga ini tidak punya taring untuk eksis atau munkin kurangnya dukungan dari semua lapisan organisasi yang di perserikatan. Ya, Lembaga Seni Budaya Muhammadiyah (LSBM) yang dahulu bernama Majlis Kesenian Muhammadiyah (MKM). Menurut berapa leteratur dan beberapa orang yang ada di lembaga ini dahulu ketika masih bernana MKM, kepengurusannya samapi pada tingkat ranting, yang tentunya ini sangat mempunya peran dalam dakwak berbasis kultural masyarakat setempat. Namun setelah menjadi LSBM lembaga ini tidak sampai ke tingkat ranting. ang munkin ini menyulitkan gerak dan mengakomodir kelompok kelompok seni yang ada bawah. Sebagai organisasi islam tertua di negri ini yang mempunyai kepengurusan samapai pada akar rumput dan memiki amal usaha yang sangat banyak mulai dari bidang pendidikan, perekonomian dan kesehatan, seyogyanya organisasi ini dapat membentuk kelompok kelompok seni tradisisional yang tetap bertauhid, misal nya kelompok kelompok karawitan di ranting ranting, bahkan di lembaga lembaga pendidikan muhammadiyah tidak sedikit yang memiliki kelompok teater atau kesinian yang berbasis tradisi lainnya. Namun sekali lagi apakah kelompok kelompok tersebut sudah mendapat perhatian dari perserikantan? Yang sebenarnya ini merupakan aset perserikatan. Namun tampaknya ini belum menjadi perhatian dan agenda bagi perserikatan maupun tokoh tokoh yang ada di kepengurusan. Kenapa saya katakan ini belum ada perhatian yang mendalam?
Sebuah contoh kasus pertengahan bulan tahun 2009, LSBM mengadakan workshop yang ternyata seponsornya malah sebuah perusahaan ROKOK, lalu kemana perserikatan dalam benak saya saat itu? ban bagaimana nasib kelompok kelompok seni yang ada di kampus kampus muhammadiyah dan di masyarakat kalo sebuah lembaga kesenian milik perserikatan ( PP LSBM) saja untuk mengadakan acara harsu mengemis pada lembaga lain dan apalagi pada sebuah perusahaan swasta, rokok lagiyang notabene di haramkan oleh majlis fatwa muhammadiyah.
Kedepan, pada abad kedua muhammadiyah ini, sebuah tugas (pr) besar bagi PP dan semua lembaga yang ada di perserikatan untuk mengakomodir kelompok kelompok kesenial lokal/tradisi. Baik melalui lembaga pendidikan maupun amal usaha yang lain pun kepengurusan dari pusat samapai ranting. Kalo tidak budaya negri ini akan hancur terkikis jaman, dan akan tergantikan oleh budaya budaya barat yang sudah menyusup pada tiap tubuh yang hidup di negri ini tak terkecuali para generasi muhammadiyah. Jangan sampai kita (muhammadiyah) ikut berkoar/ berteriak macam macam ketika seni dan kebudayaan leluhur negri indonesia ini di aku oleh bangsa lain, sememtara kita kita di sini tidak pernah peduli dan melestarikan apa yang orang ambil dari kita. Perserikatan yang memiliki lebih 15000 pendidikan mulai dari tingkat PAUD sampai Perguruan Tinggi ini. Seharus sudah peduli dan memperhatikan seni/ kesenian tradisi yang ada dan berkembang di masyarakat, dan di akui atau tidak seni maupun kesenian juga merupakan disiplin keilmuan, serta budaya dan kebudayaan yang turut membentuk karakter dan moral sebuah bangsa. Dan sebuah harapan dari beberapa bahkan munkin ratusan orang yang bergelut di bidang seni dan budaya ini bisa melembaga menjadi sebuah kekuatan pergerakan dahwah moral melalui aktivitas seni budaya, pun bisa menjadikan PP LSBM tidak hanya sekedar nama tempat beberapa orang kesenian yang bernaung namun tetap sulit untuk bergerak dan berekplosrasi dengan kesenian.
Tema muktamar kali ini gerak melintasi jaman, gerakan dakwah dan tajdid menuju peradaban utama. Dan banyak orang tahu bahwa sebuah peradaban kaum atau bangsa akan dikenal itu karena ada budaya yang di bangun, islam tetap kokoh sampai saat ini kareana peradaban islam yang dahsyat, peradaban yunani dan romawi di kenal juga kareana budaya. Dan bangsa bisa hancur karena di serang musuh melalui misi budaya. Dari moment seabad muhamamdiyah ini semoga para penggede dan tokoh muhamamdiyah bisa tetap melakukan dakwah tajdid dan tidak melupakan budaya bangsa yang bernama indonesia. Sebersit do’a semoga di abad kedua perserikatan ini bisa menjadi lokomotip bangsa ini untuk lebih maju dan melangkah jedepan menjadikan sebuah beradaban yang lebih mulia melalui semua disiplin ilmu.

Slamet puji susanto

Tidak ada komentar:

Posting Komentar